Beberapa hari yang
lalu, ketika kami mulai kelelahan mengelilingi salah satu pusat pertokoan di
daerah Bandung Tengah, kami sengaja beristirahat di area food court sekaligus
menyantap makan siang. Kami memesan menu makanan dari counter yang berbeda dan
langsung membayarnya, saya memesan mie goreng
ayam dari counter A, dan pacar memesan ayam
goreng tepung dari counter B.
Tidak ada yang
salah dengan makanan saya, karena saya berhasil menghabiskannya dalam hitungan menit
(upss… :D ), berbeda dengan pacar saya yang hanya sibuk membolak-balikan ayam
di piringnya. Dia seperti ragu-ragu untuk menghabiskannya, padahal kami berdua
sama-sama lapar. Dan setelah saya perhatikan, “Olalaaa…ada warna merah di
potongan ayam itu!!! – hueeekkk…”. Saya langsung merampas ayam itu dan
memotong-motongnya, semakin kedalam…warna merah itu semakin banyak dan seperti hampir-hampir
meleleh…!!! Arghhhh…!!!
Sebelum saya
berdiri ke counter B, dia sempat menahan dan berkata, “Udah…gak usah…itu
cuma sambel kok…”, Whattt??? Sambel??? Itulah bedanya pria dan wanita, pria
lebih memilih untuk tidak ambil pusing dan bahkan cenderung ‘membela’ dari pada harus ‘ribut’. Padahal,
saya-pun tidak ada niat untuk cari ribut, saya hanya ingin mengingatkan dan
meminta mereka mengganti ayam ini.
Tapi, ternyata
benar…saya tidak berhasil mengontrol emosi dan mimik muka… --“
Saya : Coba liat ayam-nya bu! (Sambil menunjukkan
piring berisi ayam berwarna ‘merah’ itu)
Ibu : Haduh…maklum neng, yang masak masih
baru…
Saya : (Teruuusss???)
Ibu : Saya goreng lagi ya neng…
Saya : Saya mau ayam yang baru bu… (secara, kita
udah ngebayangin isi ayamnya kayak gimana.. -_-)
Ibu : (Dengan muka tanpa dosa, si ibu pemilik
counter menjawab) Haduh…gak bisa, ayam-nya kayak gini semua...
Saya : (Hah???)
Tanpa pikir
panjang, saya langsung balik kanan dan meninggalkan ayam itu di counter! Saya sengaja
bersikap tenang dan menahan diri, selain tidak mau cari ribut, saya juga tidak
mau counter ini kehilangan pelanggannya.
Mengingat
jawaban-jawaban pemilik counter dan tidak ada kata-kata permintaan maaf, saya
kecewa! Sebagai penjual makanan, mereka seharusnya memiliki tanggung jawab
moril terhadap mutu dan kualitas makanan yang mereka jual.
Bagi teman-teman
yang baru akan memulai usaha kuliner, sebaiknya pelajari SOP yang ada, tidak
ada salahnya untuk ‘studi banding’ ke counter, kafe atau restoran yang telah
memiliki SOP yang baik, karena toh…dengan jaminan kualitas yang baik, itu sama
saja memancing konsumen untuk terus datang mencicipi makanan anda.
Dan bagi konsumen,
berhati-hati dan tegaslah (jangan seperti saya), jika ingin makan di counter, kafe
atau restoran-restoran cari tahu dulu sebelumnya, recommended atau tidak, cara
yang paling gampang adalah dengan membaca review atau testimony dari
orang-orang yang pernah datang. Perhatikan sekeliling tempatnya, bersih atau
tidak, dimana letak toiletnya. Memang terdengar sedikit ‘rusuh’, tapi siapa
yang mau menjamin kesehatan kita jika bukan diri kita sendiri.
Beda ceritanya jika
kita makan di kaki lima ya… :D
Saya sempat
mengambil gambar counter tersebut, hanya untuk pengingat dikemudian hari agar
lebih berhati-hati. Nama counter tersebut sudah saya blur, agar tidak ‘memangkas’
rezeki mereka... :')
Not Recommended |
makasihhh... :*
BalasHapusBuat apa ya? :P
Hapus