Ilustrasi |
Raja segera mengeluarkan pengumuman kepada seluruh pemuda di
kerajaannya untuk berkumpul di halaman istana untuk dipilih menjadi raja. Ratusan
anak muda langsung berkumpul di halaman istana. Tak terkecuali Ali, pemuda itu
juga turut berdiri berdesak-desakan diantara pemuda lain untuk mengikuti
kompetisi itu.
“Aku akan memilih salah satu dari kalian untuk menjadi
penggantiku!”. Raja berseru, “Tetapi sebelumnya, aku akan menilai kalian semua,
aku akan membagi kepada kalian satu buah biji per orang.”
“Aku ingin kalian menanam dan merawat biji itu selama satu tahun
dan bawalah kembali padaku, aku ingin tahu apa yang dapat kalian tumbuhkan dari
biji itu.” Raja melanjutkan.
“Hanya mereka yang mampu menumbuhkan tanaman terbaiklah yang
akan aku pilih sebagai raja.”
Setelah berkata demikian, para punggawa kerajaan segera
membagi-bagikan biji itu kesemua pemuda yang hadir. Ali juga mendapat satu buah
biji, dan segera pulang untuk menanam biji itu.
Ali berkata dengan bangga pada ibunya bahwa ia telah turut
serta dalam kompetisi itu dan ibunya pun juga terlihat sangat menyetujui
keputusan anaknya itu. Ali lalu mengambil sebuah pot yang tidak terpakai di
belakang rumah, memberinya tanah tersubur, lalu membenamkan biji itu ke
dalamnya.
Tiap hari, Ali dan ibunya menyirami pot itu. beberapa minggu
kemudian Ali pergi ke rumah teman-temannya untuk melihat biji yang ditanam oleh
mereka. Ali melihat biji milik teman-temannya mulai tumbuh, bahkan ada yang
sudah mengeluarkan beberapa lembar daun. Berbeda dengan biji milik Ali, biji
itu belum tumbuh sama sekali, walaupun sudah ditanam selama 2 minggu.
Dua bulan telah berlalu, dan keadaan di pot milik Ali tidak
berubah. Biji itu belum tumbuh sama sekali. Tetapi Ali tidak menyerah, ia tetap
merawat pot itu dengan menyiraminya tiap hari. Teman-teman Ali pun mulai
mengetahui hal tersebut, dan mulai mentertawakan Ali.
Akhirnya satu tahun pun berlalu. Seluruh pemuda yang
mengikuti kompetisi itu pun datang beramai-ramai ke halaman istana. Mereka
masing-masing membawa tanaman di dalam pot. Sangat indah dan subur
tanaman-tanaman mereka, bahkan beberapa diantaranya telah berbunga.
Tetapi berbeda dengan milik Ali, potnya tidak berubah. Tidak
ada apapun yang tumbuh di pot itu. Ali pun mulai putus asa, dan mengambil
keputusan untuk tidak kembali menghadap raja.
“Jangan begitu nak.” Kata ibunya, “Kamu sudah berniat
mengikuti kompetisi itu, sudah selayaknya kamu juga menyelesaikannya, tidak
masalah jika pot itu masih kosong, toh raja juga tidak akan menghukum kamu
kok.”
Dengan berbagai bujuk rayu dari ibunya, akhirnya Ali bersedia
membawa pot yang cuma berisi tanah itu menghadap raja.
Di sepanjang jalan, para pemuda mentertawainya. Tetapi Ali
mencoba cuek dan jalan terus.
Akhirnya, ratusan pemuda itu semua telah berkumpul di halaman
istana. Raja segera turun dari singgasananya dan mencoba memeriksa pot-pot yang
dibawa pemuda itu satu per satu. Raja itu berjalan hilir mudik di antara
pot-pot yang dipegang oleh para pemuda itu beberapa kali, seolah-olah sedang
mencari sesuatu.
Akhirnya raja berdiri tepat di hadapan Ali. Ali gemetaran,
karena dia memang belum pernah berhadapan dengan raja sebelumnya.
“Siapa namamu? Dan ada apa dengan potmu, kenapa tidak ada
tanamannya sama sekali?” Tanya sang raja.
“Maaf baginda.” Ali menjawab, “Nama saya Ali. Hamba sudah
berusaha, tetapi kenyataannya memang begini, bibit ini tidak mau tumbuh sama
sekali, padahal saya sudah menyiraminya tiap hari.” Para pemuda di sekitarnya
saling tertawa cekikikan mendengar jawaban Ali.
“Kalo begitu, kamu maju ke depan dengan saya!” Perintah sang
raja. Sambil ketakutan karena khawatir dihukum, Ali maju ke depan beriringan
dengan sang raja. Para pemuda sekitarnya masih tertawa cekikikan melihat wajah
Ali yang pucat bagai mayat.
“Aku umumkan kepada kalian semua..” Raja berseru di depan
ratusan pemuda itu. “Aku umumkan bahwa mulai besok pagi, seorang pemuda – yang
bernama Ali – yang saat ini berdiri disampingku – akan menggantikan kedudukanku
menjadi Raja!”
Semua pemuda itu heran, terutama Ali sendiri, ia kaget
setengah mati mendengar keputusan sang raja.
“Kalian tahu kenapa?” Raja melanjutkan, “Satu tahun yang lalu
aku sebenarnya hanya memberi biji mandul kepada kalian. Semua biji itu sudah
dipotong bakal tunasnya oleh pengawalku, sehingga tidak mungkin dapat tumbuh.
Sehingga saya menarik kesimpulan, bahwa apa yang kalian bawa ke hadapanku itu
bukanlah tanaman yang tumbuh dari biji yang aku berikan. Kalian semua telah
menukarnya dengan biji lain agar bisa tumbuh.”
“Kecuali dengan anak muda ini.” Raja berkata dengan tersenyum
bangga. “Ali telah berani jujur padaku, ia berani mengatakan apa yang
sebenarnya telah terjadi, sekalipun ia tahu betul bahwa itu akan sangat
memalukan.”
“Orang jujur seperti inilah yang aku butuhkan untuk
melanjutkan cita-citaku membangun kerajaan ini"
@2013 Inspiratif – Play Store
Tidak ada komentar:
Posting Komentar